May 17, 2025
IMG-20230313-WA0011-1

Peristiwa perpecahan kelas sosial  pada revolusi industri abad ke-19 merengkuh  keangkuhan [arogansi] kuasa kaum borjuis dan [lahir] kebangkitan kaum proletar. Kaum proleter [pariah] dalam tradisi kasta hindusmo adalah kasta terendah yang tidak memiliki [kepastian] ruang publik untuk menyampaikan aspirasi. Pengkastaan kaum ini [paradok]  bertentangan dengan perintah agung [ magnifique] pencipta semesta yang telah menciptakan lalat untuk menghinggapi manusia sebagian bukti tak adanya beda [kita] di mata Tuhan.

Habermas [1994] mengatakan bahwa ruang publik adalah suatu ruang yang menjembatani antara negara dengan sipil, ruang ini adalah universal, di mana orang-orang berkumpul untuk mendiskusikan apa saja yang perlu didiskusikan. Ruang dimaksud oleh Habermas inilah yang “menjentik  hidung” para pariah untuk mengubah pola gerakan “turun jalan” lebih [melihat] mengarah pada memanfaatkan ruang dan jembatan ini dalam menyampaikan gagasan yang mereka miliki. Tumpahan dan muntahan pemikiran dan gagasan itu akan dibiarkan masuk dalam oiketai.com sebagai wadah tampung ketercampuranaduk [fikri yatir] itu.

Ketercampuranadukan aspirasi itu [harus] semestinya Dewan Perwakilan Rakyat [etats generaux] sebagai perwakilan yang sepantasnya mengerti dengan aspirasi kaum pariah dan “mampu” membawa gagasan itu terbumikan,  namun disadari atau tidak pemahaman mereka [etats generaux] ternyata lebih sempit memahami rakyat hanya sebatas [konstituen] “kelompoknya sendiri” yang mereka datangi saat reses saja.

Media siber bernama oiketai.com ini akan meng[kur]kan suara kaum pariah dalam kemasan yang tidak dalam kemasan ultra-modern tapi lebih pada “menjingkang” pada buana “joloh” yang tengah membalut kromosom minda. Tidak hanya pada budaya merangkai aksara, lebih dari itu rentak-rentak  dan lompatan pemikiran itu juga akan [disusur] dalam dialog interfidei colloquium dalam kerangka hanifa dan kalimatun sawa [rendez-vous] akan menjadi magnet perjuangan  menuju keagungan [magnifique] kebenaran yang berkemanusiaan. (*)

Agoes S. Alam
Pemimpin Redaksi

Leave a Reply