May 17, 2025
Illustration shows Silicon Valley Bank logo

Silicon Valley Bank (SVB) logo is seen through broken glass in this picture illustration taken March 16, 2023. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration

Presiden Joko Widodo mewanti-wanti agar dampak kebangkrutan [Kolaps]  Silicon Valley Bank [SVB] Bank [10/3] dan Signature Bank [SB] pada [12/3] di Amerika Serikat jangan sampai mengganggu perekonomian dalam negeri. 

“Mewanti-wanti” Jokowi sangat mendasar ketika  pernyataan [axiom] Joe Biden [Presiden AS] berusaha keras memberi tahu orang-orang bahwa uang mereka aman, itu berarti pemerintah Amerika Serikat sedang menghadapi “keburukan” finansial yang serius.

Pernyataan Joe Biden ini sebenarnya  tidak hanya ditujukan untuk pelanggan dari dua bank yang bangkrut. Ada konsekuensi yang lebih luas, di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Nilai saham di beberapa bank anjlok di seluruh dunia setelah runtuhnya dua bank AS. Seburuk apa kondisi ini dan apa artinya “mewanti-wanti” Jokowi bagi Indonesia ?

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, analisa awal penyebab kebangkrutan SVB karena terjadi tiga hal. Pertama, sektor yang dibiayai oleh SVB adalah khusus startup dan startup yang telah mengalami penurunan kinerja pada tahun 2022.

Terlihat dari berbagai indikator dan menyebabkan ancaman penyaluran deposito yang meningkat tinggi dan kinerja kredit menurun. Kedua, SVB mengalami kenaikan lebih dari tiga kali lipat dalam kurang lebih 2 tahun. Deposito banyak, namun penyaluran kredit tertahan karena kinerja startup yang menurun signifikan.

Menyebabkan kondisi neraca keuangan SVB mengalami tekanan. Permasalahan ketiga yang dialami SVB, deposito yang meningkat tinggi dibelikan surat berharga negara di AS, yang jangkanya panjang dan surat berharga negara ini mengalami penurunan nilai ini karena interest rate The Fed yang naik.

Kalau interest rate naik, maka harga dari surat berharga mengalami koreksi. Ini semuanya menyebabkan SVB balance sheet-nya mengalami penurunan.

Makanya mewanti-wanti  [waspada] yang dimaksud Jokowi adalah  karena transmisi dari persepsi dan psikologi itu bisa menimbulkan situasi yang signifikan bagi sektor keuangan di AS, dan ketika hal ini terjadi, tidak menutup kemungkinan berpengaruh besar [signifikan] terhadap nilai tukar rupiah yang saat ini juga sedang tidak baik-baik saja. (*)