June 13, 2025
1

Pertamina Refinery Unit (RU) II Dumai. (F: dok. Pertamina)

Oleh Agoes S. Alam

Sekitar pukul 22.45 WIB tanggal 1 April 2023, telah terjadi ledakan hebat di kilang Pertamina RU II Dumai dengan suara dentuman dan flash pada Area Make Up Gas Compressor HCU-211. Kejadian ini sontak mengejutkan warga kota Dumai, apalagi warga Kelurahan Jaya Mukti dan Tanjung Palas yang hanya berbatas dinding pemisah bukan saja terkejut bahkan panik. 

Dentuman suara dan getaran bunyi ledakan tersebut juga mengakibatkan kaca dan plafon rumah warga rusak. Bahkan Mesjid Taqwa yang berjarak lebih kurang 5 kilometer juga ikut mengalami kerusakan akibat getaran suara yang ditimbulkan oleh ledakan itu.

Untungnya kebakaran akibat ledakan tersebut cepat diatasi oleh petugas yang berada dalam kilang Pertamina RU II tersebut. Menurut info, ada lima orang yang luka akibat terkena pecahan kaca di selter operator.

Fenomena dari kejadian ini, yang menjadi perhatian utama adalah Sistem Manajemen Control [SMC]. Terkait dengan SMC seharusnya kilang Pertamina RU II Dumai telah menggunakan teknologi super canggih [High Tecnology] yang dapat mendeteksi kemampuan, kapasitas dan risiko alat, ini penting bagi industri berbasis risiko.

SMC harus dapat mendeteksi awal gejala-gejala ketidakmampuan alat [over capacity], batas kemampuan alat yang tidak bisa dipaksakan kinerjanya dan harus disesuaikan dengan usia yang sudah diperkirakan tua, meskipun ada maintenance namun tentunya beda kekuatan dan kapasitasnya.

Kejadian ledakan di Pertamina RU II Dumai dapat dikategorikan pada tidak terdeteksinya gejala awal kerusakan sehingga seharusnya alat bisa diberhentikan beroperasi [shutdown] namun tetap dijalankan.

Keterpaksaan mengoperasikan alat tanpa mengetahui kondisi alat [limited]. Kejadian seperti ini seharusnya tidak terulang untuk sekelas perusahaan yang menuju World Class Company seperti Pertamina, apalagi kondisi kilang yang berada di tengah pemukiman padat tentu harus sangat memperhatikan efek risiko.

Jika tidak melakukan perubahan ke arah itu, cuma ada pilihan memindahkan kilang ke tempat baru yang jauh dari pemukiman padat penduduk. (*)