Oleh Agoes S. Alam
Ketika wujud manusia masih dalam proses pembentukan janin di dalam rahim [alam arwah] dan sebelum ruh ditiupkan ke dalam diri manusia itu pada bulan kelima, Tuhan telah menyampaikan pernyataan dan pernyataan itu sekaligus menjadi perjanjian primordial azali [mitsaq].
Allah berkata, ” Alastu birobbikum?
Artinya,” Bukankah Aku ini Tuhanmu?”
Lalu sang janin pun menjawab dengan tegasnya, “Qoolu balaa syahidnaa”.
Artinya,” Benar, [Engkau Tuhan kami], kami menjadi saksi. ”
Pertanyaan yang paling dasar dari peristiwa ini adalah siapakah yang melakukan mitsaq itu ? Dari peristiwa di atas jelas tergambar bahwa peristiwa mitsaq itu terjadi roh belum ditiupkan ke dalam benih janin yang memiliki entitas tapi belum berwujud itu. Dus, siapakah [yang menjawab]” Qoolu balaa syahidnaa “. Benar, [Engkau Tuhan kami], kami menjadi saksi_. ” Dan ketika pertanyaan Tuhan Alastu birobbikum_ pada janin yang memiliki entitas yang belum berwujud itu [antara ada dan tiada] itukah yang menjawabnya ? Yang menjawab itu adalah Tuhan itu sendiri “mengatasnamakan” kita, artinya kita pernah menyatu dengan Tuhan. “Wujud kita adalah wujud Tuhan, kita hanyalah manifestasi wujud Tuhan yang diadakan. Wallahu’alam. (*)