
Ilustrasi: projectinfolit.org
OIKETAI Edukasi – Ekonom Senior INDEF, Aviliani menyebut tingkat literasi digital di Indonesia hanya sebesar 62%. Jumlah tersebut paling rendah jika dibandingkan negara di ASEAN lainnya yang rata-rata mencapai 70%.
“Masyarakat Indonesia kalau kita lihat literasi (digital)-nya baru 62%. Negara di Korea sudah 97%. Rata-rata di ASEAN sudah 70%. Jadi, memang tingkat literasi digital kita masih rendah,” ungkap dia dalam CNBC Indonesia Tech & Telco Outlook 2023, kemarin.
Sementara menurut Program for International Student Assessment (PISA) yang diselenggarakan oleh OECD, Indonesia menjadi bagian dari 10 negara yang memiliki tingkat literasi rendah di tahun 2019, di peringkat 62 dari 70 negara. Artinya Indonesia berada di posisi 5 besar terbawah di dunia.
Semenjak terjadinya pandemi COVID-19 di tahun 2020, UNESCO juga memerhatikan bahwa di Bali, tingkat pembelajaran literasi sangat terbatas karena banyak sekolah-sekolah yang ditutup. Anak-anak yang tinggal di daerah terpencil tanpa akses internet dan buku juga mengalami kesulitan dalam meningkatkan literasi membaca.
Berdasarkan data pemetaan kondisi dari Perpustakaan Nasional RI, kegemaran membaca di Indonesia sejak tahun 2016 yang sebelumnya hanya di angka 26 dari 100, telah meningkat menjadi 59,52 di tahun 2021.
Dengan membaiknya kondisi pandemi, penduduk Indonesia sudah bisa menghabiskan waktu di luar rumah, salah satunya di perpustakaan. Perpustakaan Nasional RI yang terletak di ibukota Jakarta dapat diandalkan setelah menerima predikat kualitas dua tertinggi pelayanan publik dari penilaian Ombudsman di tahun 2022. Namun, masih dipertanyakan apabila kualitas perpustakaan daerah memadai.
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ayom Widipaminto, menilai masyarakat Indonesia masih memiliki tingkat literasi yang rendah. Hal itu masih jauh dari cita-cita para pahlawan pendiri bangsa yang ingin memajukan negara Indonesia melalui pendidikan.
Sementara menurut UNESCO, hanya 0,01% anak Indonesia gemar membaca, berdasarkan data Indonesia writer pada 2016. Ada pula keterbatasan akses sumber literasi yang kredibel dan mudah dijangkau masyarakat.
Padahal Indonesia sebenarnya kaya warisan budaya, adat-istiadat, dan keanekaragaman hayati. Ada 17 ribu pulau kaya akan biodiversitas dan sumber daya mineral. 300 kelompok etnolinguistik, 742 bahasa, dan 478 suku bangsa (terbesar di dunia).
Selain itu, 10% spesies tumbuhan tinggi dunia, salah satu pusat agrobiodiversitas dunia. Keragaman fauna, 12% dari mamalia dunia (515 spesies) ada di Indonesia, peringkat kedua global setelah Brazil. Semua potensi itu bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan literasi bangsa.
“Literasi kalau didefinisikan secara umum adalah kemampuan untuk membaca, menulis, dan memahami informasi melalui beragam media, baik cetak maupun digital,” ucap Ayom.
Dengan membaca, menulis dan memahami informasi, literasi dapat berkembang, tidak hanya kemampuan membaca dan menulis, namun sampai bisa memproduksi barang dan jasa. Artinya, ketika literasi pengetahuan kita dorong, semangat maupun cita-cita pahlawan yang meretas kemiskinan dan pemerataan di seluruh Indonesia, mandiri dan maju, bisa terlaksana dengan literasi pengetahuan yang kita galakkan,” ujar Ayom.
Masalah lain, terbatasnya sumber literasi terbuka, baik untuk kegiatan ilmiah maupun pembelajaran akademis. Ini poin penting yang perlu disikapi. Kebutuhan adanya referensi ilmiah sangat tinggi, namun dukungan sumber daya (finansial) untuk mengakses sumber-sumber utama sangat kurang.
“Potensi penyedia sumber informasi dari para dosen dan peneliti, namun tidak memiliki dukungan infrastruktur yang memadai, sehingga karya mereka sulit diakses oleh pemakai potensialnya,” ujar Ayom.
Dia mengatakan, ada beberapa solusi yang kini tengah digalakkan BRIN. Di antaranya penerbitan buku dan audiovisual dengan skema open access, sehingga bisa terindeks global secara otomatis. Penerbitan open access memungkinkan publik mengakses dan memberikan masukan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.
Apa Solusinya?
Kemampuan literasi sebuah bangsa dapat ditingkatkan melalui beberapa cara, antara lain:
- Pendidikan yang baik dan berkualitas: Pendidikan yang baik dan berkualitas adalah fondasi utama dalam meningkatkan kemampuan literasi sebuah bangsa. Dengan pendidikan yang baik, masyarakat akan memiliki kemampuan membaca, menulis, dan berpikir secara kritis yang lebih baik.
- Mengembangkan kebiasaan membaca: Membaca merupakan kegiatan penting untuk meningkatkan kemampuan literasi. Untuk mengembangkan kebiasaan membaca, dapat dilakukan dengan cara mempromosikan dan menyediakan akses ke buku-buku dan bahan bacaan yang berkualitas, seperti buku pelajaran, majalah, surat kabar, dan lain sebagainya.
- Meningkatkan kualitas media: Media adalah sumber informasi utama bagi banyak orang. Oleh karena itu, meningkatkan kualitas media sangat penting dalam meningkatkan kemampuan literasi. Media yang berkualitas dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang berbagai topik.
- Menyediakan akses internet: Internet adalah sumber informasi yang sangat penting dan luas. Meningkatkan akses internet dapat membantu masyarakat untuk memperoleh informasi yang lebih banyak dan akurat, serta dapat membantu meningkatkan kemampuan literasi dalam menggunakan teknologi.
- Melakukan kampanye kesadaran literasi: Kampanye kesadaran literasi dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya membaca, menulis, dan berpikir secara kritis. Dengan kampanye ini, masyarakat akan lebih termotivasi untuk mengembangkan kemampuan literasi mereka.
- Meningkatkan dukungan dari pemerintah: Pemerintah memiliki tanggung jawab terbesar dalam meningkatkan kemampuan literasi Indonesia dengan cara menyediakan dana untuk program-program literasi, memberikan pelatihan untuk guru, dan meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Dengan mengimplementasikan cara-cara di atas, diharapkan kemampuan literasi bangsa Indonesia dapat meningkat dan membawa manfaat bagi perkembangan bangsa ini ke depan. DO/r/l7