
Bang Tardji atau Sutardji Calzoum Bahri dijuluki sebagai presiden penyair Indonesia dan merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 70, yang lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau. Bagi saya, memang tidak bersanat langsung ke beliau, Sutardji Calzoum Bahri adalah seorang penyair yang unik dan menarik dibedah untuk melihat “hantu” apa yang meraung-raung dan meragaw dalam jiwanya ketika melahirkan sebuah karya puisi.
Grhese ungkapan persaksian yang mengandung wawasan estetik terlihat jelas dalam puisi-puisi karya Sutardji Calzoum Bachri. Sebuah kepastian adalah puisi-puisi yang dilahirkannya bukan sebuah karya yang diteran [dipaksakan] dengan struktur, susunan dan tata kata-kata yang mengedutkan kening memikirkannya, namun pemahaman akan makna terlihat jelas apa yang dikehendakinya.
Tak salahlah salah satu bait kredo puisi yang ditulisnya mengatakan, “…kata-kata bukanlah alat mengantarkan pengertian. Dia bukanlah seperti pipa yang menyalurkan air. Kata-kata adalah pengertian itu sendiri. Dia bebas…”
Karya puisi Sutardji Calzoum Bahri di era-era 70 sangat kental dengan nuasa kebebasan itu. Beberapa puisinya yang kemudian dikenal itu misalnya, “O” (1971), “Amuk” (1972) dan “Kapak” (1979). Pada masa-masa inilah dia menggemakan “kredo puisinya” yang terus dikenal sampai sekarang.
Dalam Kredo Puisi tersebut, ia berpendapat bahwa kata-kata harus bebas dalam menentukan dirinya karena kata-kata itu sendiri adalah pengertian. Bang Tardji juga pernah mengatakan, “Manusia sudah sepatutnya memberi nilai tambah kepada kata, nikmat yang dimaksud. Dengan bekal pikir dan rasa, manusia tentu memiliki ruang untuk mengelaborasi tiap kata, agar makna sang kata berganda berkali-lipat.”
Di usia Magrib, Sutardji Calzoum Bahri tak pernah penat mengabdi untuk kata-kata, “Puisi itu adalah kesaksian, karena puisi adalah pekerjaan ro,” kata Bang Tardji.
Pada puisi “Walau” Sutardji Calzoum Bahri sepertinya telah menemukan cahaya jalan pulang. Titik ini sepertinya mencatat estapet masa yang dilalui Sutardji Caloum Bahri dari proses mabuk, mantra dan religius. ~