
Agoes S. Alam terpilih sebagai Ketua Dewan Kesenian Dumai (DKD) periode 2025 -2030 dalam Musyawarah Seni Daerah (Musenda) yang berlangsung penuh dinamika pada Senin, 9 Juni 2025.
DUMAI Oiketai – Harapan baru bagi dunia kesenian Kota Dumai menyala terang. Agoes S. Alam secara meyakinkan terpilih sebagai Ketua Umum Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kota Dumai periode 2025 -2030 dalam Musyawarah Seni Daerah (Musenda) yang berlangsung penuh dinamika pada Senin, 9 Juni 2025. Kemenangan Agoes menandai babak baru bagi DKD, yang kini dipimpin oleh figur yang dinilai memenuhi ekspektasi secara multidimensi, menjanjikan arah kesenian yang lebih inklusif dan progresif.
Kemenangan Agoes S. Alam sebagai Ketua Umum dilengkapi dengan terbentuknya formasi kepengurusan yang solid dan representatif, menandakan kesiapan DKD untuk segera bergerak. Di jajaran penasihat, hadir tokoh-tokoh berpengalaman yakni Zalfandri Zainal, Ridho Fatwandi, dan Jefri Al Malay yang akan menjadi garda penjaga kearifan. Roda organisasi akan digerakkan oleh Ketua Harian Erwin Syah Putra, yang didampingi oleh Wakil Ketua Andhika, serta ditopang oleh administrasi yang rapi di bawah Supriandi sebagai Sekretaris dan manajemen keuangan yang transparan oleh Wawan Irnawan sebagai Bendahara. Kolaborasi kepengurusan ini mencerminkan perpaduan antara energi muda yang progresif dan kebijaksanaan para senior, sebuah komposisi ideal untuk mewujudkan visi besar kesenian Dumai ke depan.
Terpilihnya Agoes, seorang pemikir budaya sekaligus praktisi lapangan, dianggap sebagai jawaban atas kebutuhan lanskap seni Dumai yang mendambakan sosok pemimpin yang mampu merajut tradisi dengan modernitas. Ia berhasil merebut hati para seniman dan pemangku kepentingan budaya di Dumai dengan visi dan rekam jejaknya yang solid.
“Ini adalah kemenangan bersama, kemenangan para seniman dan seluruh masyarakat Dumai yang merindukan ekosistem berkesenian yang hidup, terbuka, dan berdaya saing,” ujar Agoes S. Alam sesaat setelah terpilih.
Agoes dipandang sebagai figur sintesis yang ideal. Ia tidak hanya dikenal sebagai aktivis dan budayawan, tetapi juga seorang kolaborator ulung yang konsisten menerapkan filosofi “seni untuk semua”. Keterpilihannya mengukuhkan harapan akan terwujudnya sebuah Dewan Kesenian yang tidak hanya menjadi lembaga formal, tetapi sebuah rumah bersama yang hangat bagi seluruh insan kreatif.
Sebagaimana diungkapkan oleh fenomenolog Prof. Dr. Yusmar Yusuf, M.Phil, seorang pemimpin DKD di era disrupsi harus mampu menjadi jembatan. “Ketua Dewan Kesenian ideal harus seperti air laut di Selat Malaka yang tetap asin meski terus menerima aliran sungai-sungai peradaban dari berbagai penjuru,” ujarnya, merujuk pada kapasitas Agoes untuk menjadi mediator antara dunia tradisional Dumai dengan sistem modern.
Visi progresif Agoes S. Alam yang paling menonjol adalah gagasannya untuk mengelaborasi seni dan sains. Ini adalah cerminan dari konsep “cultural power” yang diusungnya, di mana seni menjadi kekuatan budaya untuk mempertahankan identitas sekaligus merangkul kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI).
“Kita harus memastikan perkembangan teknologi tidak menggerus nilai-nilai dasar kesenian kita, tetapi justru menjadi alat untuk memperkuatnya,” tegas Agoes.
Dengan terpilihnya Agoes S. Alam, masa depan berkesenian di kota pelabuhan ini diharapkan akan lebih cerah. DKD di bawah kepemimpinannya diproyeksikan akan menjadi wadah di mana seniman tradisional dapat berdialog setara dengan pekerja kreatif digital, nelayan penyair dapat berkolaborasi dengan programmer muda, dan kearifan lokal dapat bersinergi harmonis dengan inovasi global. Dumai kini memiliki nakhoda baru yang siap membawa bahtera keseniannya mengarungi samudra peradaban dengan penuh percaya diri. RO/r